Ibukota menjanjikan, tapi tidak menjadi obsesi
untuk berlama-lama untuk tinggal. Disana tempat mencari uang, jika uang sudah
ada, ya hijrah saja. Kecuali jika bisa singgah di hati yang jemu, dan bertemu
orang yang lalu. ah sudahlah.
Ini asal-muasal saya, disini saya besar, disini saya belajar, dan berawal
dari sini juga saya berjuang untuk tetap bernafas. Tak ada awan gelap panas,
serta jeritan kendaraan dengan penunggang tak sabaran. Padi menguning saja
tinggal ambil, tak perlu menanyakan nasi organik, hanya saja tak ada Ramen hehe.
Cukup dengan tungku kayu bakar, sayuran segar dari kebun belakang, lauk dari
kolam sebelah, dan jelaga di atap, lalu kenyanglah. Air jernih mengalir sesuka
hati membagi siapa yang suka, batu dan tanah menjadi lintasan yang apik, dan
keriangan pepohonan pun menambah akrab suasana. ah jadi ngantuk..
|
the long way |
|
simple |
|
colonial |
|
time after time |
|
in frame |
|
right side |
|
kite runner |
|
absolote |
|
older than me |
|
the holy old |
Thank you Dad, has been invited to stop in this place.
Makes me refresh, even if only for a moment. :)
because,
i live in a town that everyone claims to hate,
yet they never seem to leave...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar