Rabu, 16 Mei 2012

Disini


Ibukota menjanjikan, tapi tidak menjadi obsesi untuk berlama-lama untuk tinggal. Disana tempat mencari uang, jika uang sudah ada, ya hijrah saja. Kecuali jika bisa singgah di hati yang jemu, dan bertemu orang yang lalu. ah sudahlah.

Ini asal-muasal saya, disini saya besar, disini saya belajar, dan berawal dari sini juga saya berjuang untuk tetap bernafas. Tak ada awan gelap panas, serta jeritan kendaraan dengan penunggang tak sabaran. Padi menguning saja tinggal ambil, tak perlu menanyakan nasi organik, hanya saja tak ada Ramen hehe. Cukup dengan tungku kayu bakar, sayuran segar dari kebun belakang, lauk dari kolam sebelah, dan jelaga di atap, lalu kenyanglah. Air jernih mengalir sesuka hati membagi siapa yang suka, batu dan tanah menjadi lintasan yang apik, dan keriangan pepohonan pun menambah akrab suasana. ah jadi ngantuk..

the long way
 
simple

colonial

time after time

in frame

right side
kite runner

absolote

older than me

the holy old

Thank you Dad, has been invited to stop in this place.
Makes me refresh, even if only for a moment. :)



because,
i live in a town that everyone claims to hate,
yet they never seem to leave...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar